[RESENSI] Girls in The Dark Karya Akiyoshi Rikako
Judul : Girls in The Dark
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerbit : Haru
Cetakan : Ke -12 , Januari 2018
Peresensi : @designariny (IG)
Resensi ini saya beri judul...
Girls in The Dark : Kegelapan dalam Arti Sesungguhnya
Saat pembaca melihat sampulnya lalu membaca judulnya, pembaca
akan mengira ini kisah yang kelam tentang seorang gadis sekolahan. Itulah
ekspektasi saya di awal, dan memang ternyata benar.
Sebelumnya saya telah membaca karya Akiyoshi yang lain, Holy
Mother, dan saat saya memegang buku ini saya menduga bahwa Akiyoshi akan
menjadikan saya pembaca yang tertipu pada akhirnya. Sama seperti saat saya
membaca Holy Mother. Namun kali ini, spekulasi saya tentang siapa sebenarnya
tokoh antagonisnya tidak terlalu salah. Tapi juka tidak bisa dikatakan benar.
Sudah menjadi gaya khas Akiyoshi bahwa dia akan membawa pembacanya datar di awal,
bingung, tuduhan berpindah ke tokoh satu dan tokoh lainnya sepanjang perjalanan
cerita, mendekatkan kesimpulan yang ada di otak pembaca menjelang akhir (membuat
pembaca merasa hampir benar, sepertinya sengaja), membelokkannya dulu, dan
mengakhiri cerita dengan hal yang tidak biasa.
Bedanya, setelah selesai membaca Girls in The Dark, saya
tidak membolak-balikkan halaman-halaman awal kembali, karena cara menipu
penulis buku ini berbeda dengan caranya menipu saya (pembaca) di buku Holy
Mother.
Setiap bab cerita adalah cerita pendek yang dibuat oleh
masing-masing tokoh dan gaya berceritanya juga memiliki kesan berbeda-beda di
tiap bab-nya. Sepertinya penulis cukup bersusah payah untuk membuat gaya cerita
yang berbeda-beda ini (memang harus berbeda-beda begitu, tiap bab kan hasil
cerita yang dibuat oleh tokoh yang berbeda) , karena saya merasa setiap bab
tetap memiliki kesamaan jiwa tulisan. Yah mau bagaimana lagi, kan yang menulis
satu penulis.
Saya akan mengetik ulang daftar isi dari novel ini agar
pembaca resensi ini menjadi semakin penasaran dan dapat memiliki bayangan
sedikit tentang ceritanya :
Jadwal
Pertemuan Rutin ke-16
Klub Sastra
SMA Putri Santa Maria
1. Salam
Pembuka dan Penjelasan Peraturan Yami-nabe Oleh Sumikawa Sayuri (Ketua Klub)
2. Pembacaan
Naskah : “Tempat Berada” Oleh Nitani Mirei (Kelas 1-A)
3. Pembacaan
Naskah : “Macaronage” Oleh Kominami Akane (Kelas 2-B)
4. Pembacaan
Naskah : “Balkan di Musim Semi” Oleh Diana Detoheva (Murid Internasional)
5. Pembacaan
Naskah : “Perjamuan Lamia” Oleh Koga Sonoko (Kelas 3-B)
6. Pembacaan
Naskah : “Pengebirian Raja Langit” Oleh Takaoka Shiyo (Kelas 2-C)
7. Pembacaan
Naskah : “Bisikan dari Kubur” Oleh Sumikawa Sayuri (Ketua Klub)
8. Salam
Penutup Oleh Sumikawa Sayuri (Ketua Klub)
Setting waktu dan tempat dalam satu novel ini hanya satu. Di
Salon Klub Sastra dan waktu acara Yami-nabe. Ketua Klub yang baru mengadakan
acara ini sebagai penyaluran sudut pandang dari masing-masing anggota klub
terhadap kematian Ketua Klub yang lama Shiraishi Itsumi dalam bentuk cerita
pendek. Dia menugaskan kelima anggota klub ini membuat sebuah cerita pendek
yang berisi pengalaman, kesan dan kisah mereka bersama Itsumi tercinta.
Harapannya dengan begini ada titik terang tentang pelaku pembunuhan sebenarnya.
Sumikawa Sayuri sendiri pun akan membacakan sebuah cerita pendek.
Di sekolah mereka tersebar gosip bahwa salah satu anggota
Klub Sastra-lah yang menyebabkan Ketua Klub mati dalam keadaan mengenaskan,
terjatuh dari lantai atas dalam keadaan memegang Bunga Lily. Namun belum
ditemukan bukti yang kuat yang dapat menuduh anggota Klub Sastra. Atau apakah
Ketua Klub tewas karena bunuh diri?
Sungguh disayangkan. Padahal Shiraishi Itsumi adalah sosok
yang dipuja dan dicintai seantero sekolah SMA putri ini. Dia memiliki semua
yang gadis di dunia ini impikan. Fisik. Harta. Martabat. Kekuasaan. Dicintai.
Pujaan. Di setiap cerpen yang ditulis oleh anggota Klub Sastra ini, selalu dan
selalu pujaan bertebaran untuk sosok
Shiraishi. Mereka memuja teman mereka sekaligus Ketua Klub Sastra yang lama ini
dengan sangat amat. Seperti mereka sangat menyayangkan kematiannya. Shiraishi
yang hangat, ceria, cantik, indah, bak dewi, dirindukan. Shiraishi adalah orang
yang baik di mata mereka. Bagaimana mungkin pembunuhnya adalah salah satu
diantara mereka bukan? Tapi semua orang bisa saja berbohong. Tapi siapa yang
berbohong diantara mereka? Semua cerita tampak seperti sebuah kebenaran.
Masing-masing penulis cerita pendek tersebut juga memiliki sosok tertuduh.
Dari awal tidak ada yang menuduh seseorang di dalam Klub
Sastra tersebut. Tapi jika kamu membaca cerita ini, dan menempatkan dia sebagai
antagonis sejak awal, berpikir seperti orang kebanyakan... jangan dilanjutkan
berpikirnya. Nikmati cerita ini seperti seorang idiot, jangan menduga-duga,
mungkin lebih baik untukmu.
Sebuah resensi tidak lengkap dengan pesan dari penulis
resensi tersebut.
Cerita ini memang sungguhan gelap. Dengan tokoh-tokoh yang masih
berumur belasan tahun, kita akan merasa miris dengan kisah mereka. Disitulah
saya mereka bersyukur sekali, saat saya SMA dulu rasanya saya tidak pernah
berpikir sampai sejauh mereka. Pembalasan dendam... atau semacamnya. Kehidupan
rumit dengan lingkaran setan nafsu itu menyelimuti mereka. Umur masih belasan
tahun di dunia, dan manusia sudah sanggup berlicik ria.
Apakah ini ada di dunia nyata? Mungkin saja. Who knows. Anak
kecil yang memutilasi anak yang lebih kecil darinya saja ada kok. Apalagi
kelamnya seorang remaja. Memangnya dapat inspirasi dari mana penulis jika di
dunia nyata tidak ada? Oleh sebab itu saya secara pribadi merasa bersyukur
bahwa Tuhan (Allah SWT) menurunkan Islam untuk manusia. Berisi peringatan dan
harapan agar manusia tidak melampaui batas.
Cerita mempengaruhi dunia nyata. Dan dunia nyata
mempengaruhinya.
Komentar
Posting Komentar