RESENSI NOVEL " Semua Ikan di Langit " : Ketika Seonggok Bus Damri Berpetualang Bersama Kecoa Rusia dan Beliau

Judul : Semua Ikan di Langit
Penulis : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit : Grasindo
Cetakan : Februari 2017
Peresensi : @designariny (IG)




"Dibuka dengan narasi yang mengeluarkan aroma inosens yang mengingatkan kami kepada The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Dalam sudut pandang anak-anak (yang cerdas dan terbuang) kebebasan dan petualangan hadir dalam pelbagai bentuk. Bumi, langit dan angkasa raya bukan lagi kotak-kotak bersekat, begitu pula lapis-lapis waktu," - Zen Hae (salah satu tim dewan juri DKJ 2016)

Semua Ikan di Langit menjadi pemenang tunggal di perlombaan novel DKJ 2016 karena keterampilan bahasa di dalamnya yang berada di atas rata-rata peserta lainnya. Novel ini adalah hasil adukan cerita anak, dongeng, fantasi hingga kisah-kisah yang ada di dalam agama. Ada yang bilang bahwa bahasa di dalam novel ini terasa apa adanya mirip tulisan tulisan milik Pidi Baiq, dan aku sedikit banyak setuju dengan ini. Mungkin ini juga yang menjadi faktor menangnya novel ini di ajang bergengsi DKJ.

Meski penuturan ceritanya mirip dongeng, sepertinya buku ini bukan cerita anak-anak, apalagi cocok untuk mereka. Cerita di novel ini jauh dari itu. Cerita ini bahkan jauh lebih absurd dari kata 'absurd' itu sendiri.

Bercerita tentang sebuah bis damri biru tua yang keluar dari trayeknya yang itu-itu saja sejak seekor ikan julung-julung menghampirinya kemudian membawanya ke sesosok anak kecil di tumpukan puing dan sampah yang bergunung-gunung. Anak laki-laki ini melayang dan tidak pernah menapak dan matanya tidak pernah berkedip (hanya dua kali seingat bus damri sepanjang perjalanan mereka). Bus Damri menyebutnya Beliau karena tokoh 'aku' ini tidak mengetahui nama bocah itu. Dari dari situlah petualangan mereka dimulai--Bus Damri yang gendut, Beliau, (banyak) ikan julung-julung yang keluar masuk dari rambut Beliau dan (akhirnya bertemu dengan) Nad, seekor kecoa bule dari Rusia yang pintar karena banyak membaca koran di tempat sampah.

Mereka bolak-balik melintasi waktu; masa lampau, masa dimana bus damri masih ada hingga masa depan yaitu Kiamat. Mereka juga bolak-balik melintasi daratan dan lautan di Bumi juga luar angkasa. Mereka mengunjungi banyak manusia, hewan dan mungkin benda; menyelamatkan mereka, menghukum mereka atau sekadar memberi tumpangan. Ada kisah yang ditulis dengan singkat, ada yang panjang, ada yang tidak diceritakan dan ada yang berasal dari cerita Chinar atau anak-anak Chinar--C, H, A dan R.
Chinar itu pohon yang serbatahu.

Sepertinya inti dari novel ini ada di pesan-pesan yang ada di cerita itu, tentang pentingnya menjadi orang yang baik, tidak pelit, menyayangi saudara dan tidak pantang menyerah. Segala luapan perasaan bus damri ke Beliau juga dituliskan dengan detail, apa adanya dan lugu. Bus damri yang mencintai Beliau dan takut jika suatu saat dia melupakan perasaan itu atau dia kehilangan perasaan itu. Pesan-pesan dari kisah-kisah itu mungkin merupakan sebagian kecil dari novel ini yang berupa kebaikan. Ada lagi sih kebaikan lain, dimana si bus damri yang sukses mengajarkan bagaimana seharusnya ciptaan mencintai Penciptanya. Atau dalam bahasa lain, bagaimana makhluk seharusnya mencintai Tuhannya.

Tapi, ada tapinya. Novel ini bisa jadi berbahaya jika dibaca oleh orang yang rentan imannya. Makanya saya bilang diawal ini bukan cerita dongeng yang cocok untuk anak-anak meski bahasanya seperti dongeng. Di novel ini, semakin dibaca ke halaman halaman berikutnya, kita semakin akan memahami bahwa Beliau disini adalah representasi Tuhan. Bahkan ada beberapa kalimat yang secara jelas mengarah kepada "Beliau adalah Tuhan" , seperti ketika tokoh aku bercerita bahwa Beliau menciptakan semuanya, bintang, galaksi, hewan, manusia dan lain lain.
"Akan tetapi, Beliau selalu melihat, dan Beliau selalu mendengar."

Menurutku, sebagai seseorang yang percaya bahwa satu-satunya Tuhan adalah Allah dan wujud Allah tidak ada satu pun yang mengetahuiNya, aku merasa penulis bisa dibilang sedang melecehkan Tuhan. Dia merepresentasikan Tuhan kedalam sosok bocah kecil dengan jubah yang kebesaran yang di dalam kantongnya ada alat jahit-menjahit, yang kemudian dengan alat-alat jahit itu dia menjahit kain sebagai kisah hidup makhluk, menjahit hati yang sakit, menjahit boneka boneka untuk anak anak yang malang di dunia. Seram bukan representasi penulis ini? Semakin dibaca, juga semakin jelas bahwa ikan julung-julung yang keluar masuk dari rambut Beliau adalah malaikat, yang itu ada yang diciptakan sendiri oleh Beliau, ada yang berasal dari arwah hewan dan manusia baik yang mati. Ya gitu deh. Dan masih banyak keabsurdan seram menyangkut keimanan lainnya. Seperti tentang Si Jahannam yang mirip dajjal dan beberapa kisah yang mirip kisah para Nabi.

Terinspirasi dari salah satu orang di Goodreads : "Apakah Tuhan rela direpresentasikan seperti itu?" Aku rasa ini representasi Tuhan ini adalah bentuk ke-tidak-tahu-diri-an penulis sebagai seorang manusia ciptaan Tuhan juga. Entahlah. Aku rasa tidak hanya novel ini yang bercerita tentang Tuhan dengan 'nyeleneh'.

Overall, apakah novel ini rekomended? Aku katakan tidak! Lalu kenapa diresensi? Hanya karena ini novel yang 'beda' saja.

Komentar

Postingan Populer