RESENSI NOVEL : Animal Farm

"Ketika penulis memanfaatkan binatang sebagai bahan kritik yang cerdas dan pedas untuk manusia"


Judul : Animal Farm
Penulis : George Orwell
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : 2017
Peresensi : @designariny (IG)


Animal Farm adalah sebuah novel dengan aroma politik yang kental. Novel ini tidak bisa dikatakan sebagai novel fabel sembarangan yang pantas dibaca oleh anak-anak, karena ini tidak berisi cerita untuk konsumsi anak-anak. Coba bayangkan, novel ini adalah racikan perpaduan antara fabel dan politik. Bagaimana jadinya?

Saat membaca lembar demi lembar novel ini, seringkali saya merasa seperti saya sedang membaca dialog-dialog manusia, pidato-pidato manusia dan pikiran-pikiran manusia. Tapi ketika membaca bagian dimana para tokoh disini memakan makanan ransum berupa jerami, wortel, biji dan lain-lain, juga mereka yang tidur di kandang, saya kembali teringat bahwa mereka hanyalah binatang. Para binatang yang hidup di bawah perpolitikan ala manusia yang dikuasai oleh seekor babi.

Adalah Old Major--Si Babi Tua yang dipandang bijaksana oleh segenap penghuni Peternakan Manor--yang pertama kali mencetuskan ide pemberontakan. Dia mengobarkan api di tengah-tengah para binatang di peternakan itu tentang para binatang yang tidak boleh terus-terusan dijajah oleh bangsa manusia. Binatang tidak boleh terus-terusan bekerja keras dan diperas oleh manusia. Mereka harus hidup untuk diri mereka sendiri, untuk bangsa mereka sendiri, bukan untuk manusia.

Setelah Old Major meninggal, para binatang semakin ingin mewujudkan cita-cita Old Major itu. Sebuah pemberontakan kepada bangsa manusia, khususnya kepada Pak Jones--seorang manusia pemilik sah peternakan. Apalagi ketika Pak Jones mengalami masa-masa kritis di usaha peternakannya ini, para binatang semakin merasa Pak Jones menelantarkan para binatang. Mereka sering telat mendapatkan jatah makan dan penderitaan-penderitaan lainnya. Akhirnya suatu hari, para binatang sudah tidak tahan lagi, mereka benar-benar melancarkan pemberontakan dengan dipimpin dua babi yang paling cerdas, Snowball dan Napoleon. Pemberontakan berlangsung cepat, Pak Jones dan istrinya lari terbirit-birit keluar dari peternakan karena diserang secara tiba-tiba oleh binatang-bintanag milik mereka sendiri.

Setelah itu, Peternakan Manor berganti nama menjadi Peternakan Binatang dan pemimpin pengelolaan peternakan dipegang oleh Napoleon dan Snowball. Dimulai dari sinilah kerja politik mulai terlihat. Di awal, Peternakan Binatang tampak baik-baik saja, penuh demokratis dan mereka bahagia dengan revolusi yang mereka raih. Namun setelah itu kejadian seperti penjatuhan lawan politik di dunia manusia pun terjadi; Napoleon melancarkan fitnah kepada Snowball yang membuat Snowball dikejar oleh sembilan anjing pribadi Napoleon demi Si Babi Napoleon merebut kekuasaan tunggal. Perubahan sedikit demi sedikit pada tujuh butir ketetapan yang telah dibuat sejak awal revolusi Peternakan Binatang, dan tidak ada yang dapat membantah perubahan-perubahan ini akibat rayuan manis dari corong Napoleon (Si Squealer) yang terdengar selalu manis dan sembilan anjing Napoleon yang bengis. Terlebih lagi, para binatang di peternakan ini yang selain babi sebagian besar tidak dapat membaca dan tidak bisa berpikir rumit sehingga mereka mudah dibodohi.

Napoleon berhasil menghebuskan isu tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh beberapa binatang yang dikabarkan telah berafiliasi dengan Snowball sehingga membuat secara tidak langsung Napoleon dianggap penyelamat oleh para binatang ketika dia berhasil membunuh para binatang yang dianggap pengkhianat itu (padahal larangan membunuh sesama binatang ada di dalam tujuh ketetapan Peternakan Binatang). Di samping itu para binatang tidak dapat memungkiri bahwa sejak Napoleon menjabat sebagai pemimpin tunggal, kehidupan mereka tidak semakin baik. Sedangkan para babi dan para anjing hidup penuh kemewahan dan bahkan tinggal di dalam rumah milik Pak Jones (yang sebelumnya terdapat larangan hidup seperti manusia termasuk tidur di atas kasurnya; tapi lagi-lagi larangan ini secara diam-diam telah diganti, dan lagi-lagi para binatang lupa dengan larangan tersebut karena mereka memang bodoh dan tidak sepintar babi).

Selanjutnya pergolakan seputar dunia politik terjadi. Dan ini tentu juga mempengaruhi ekonomi di Peternakan Binatang. Para binatang bekerja lebih lama dari biasanya dan ransum mereka juga dikurangi. Tapi selalu saja keluhan-keluhan mereka selalu berhasil dibungkam oleh jajaran petinggi (yang berisi para babi dan anjing) dengan cara halus, kasar hingga segala manipulasi dan kebohongan.

Menurut saya, hal penting yang dapat ditangkap dari isi novel ini adalah analogi sifat dan posisi manusia di dalam sebuah negara yang digambarkan dalam bentuk binatang. Berikut analogi yang saya rangkai dari yang telah saya baca:

1). Napoleon : Manusia cerdik dan licik, penuh iri hati kepada lawan politik dan berani melakukan berbagai cara untuk meraih kekuasaan juga mempertahankannya.
2). Snowball : Manusia cerdas dan memiliki keinginan tulus untuk memajukan bangsa dan negara tapi seringkali terlambat melangkah dalam dunia politik dan kurang jeli dalam melihat langkah-langkah yang dilakukan lawan politik. Akhirnya manusia seperti ini akan berakhir tersingkir dari dunia perpolitikan bahkan negara dengan berbagai tuduhan. (Entah mengapa aku jadi membayangkan Pak Habibi hahaha).
3). Squealer : Manusia yang memiliki kelebihan dalam men-counter opini publik namun secara mutlak berpihak pada penguasa benar atau salah.
4). Moses : Manusia yang selalu percaya akan adanya dunia langit yang indah dimana tidak ada keletihan dan hanya ada kebahagiaan (sepertinya ini merujuk pada surga). Mungkin ini sejenis pemuka agama. Para penguasa tidak percaya dengan manusia jenis ini karena dianggap terlalu banyak membual.
5). Boxer : Manusia yang rela mempertaruhkan segenap hidupnya dan keringatnya untuk negara tanpa pamrih. Tapi sayangnya mereka terlalu bodoh untuk dapat melihat segala kebusukan yang telah diperbuat para penguasa kepada rakyat. Alhasil slogan yang mereka lontarkan hanyalah "terus bekerja keras" dan "hidup pemimpin" karena bagi mereka itulah yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Di akhir hayatnya, manusia ini diperlakukan tidak lebih seperti seonggok daging potong oleh penguasa dan penguasa berpura-pura memberikan penghormatan kepada mereka di depan rakyat di hari kematiannya.
6). Dan masih banyak lagi, coba saja baca sendiri. Dengan buku setipis ini, tokohnya terbilang banyak sekali tapi sifat-sifatnya kebanyakan menonjol semua.

Dari segi penulisan, novel ini sebelas dua belas dengan novel klasik lainnya, kalimatnya panjang-panjang dan butuh beberapa waktu untuk mencernanya dengan baik. Tapi seringkali saya merasa kalimat-kalimat itu dibuat begitu rupa juga bertujuan untuk memberikan pesan-pesan tertentu secara tersembunyi; seperti apa yang dikatakan Squealer kepada para binatang tentang Napoleon dan apa yang sebenarnya tersembunyi di balik lubuk hati para binatang jelata itu.

Akhir kata, saya memberikan rating 4 dari 5 untuk novel ini, sebagai rasa terimakasih telah semakin menyadarkan saya bahwa manusia tidak dapat menjalankan perpolitikan mereka sendiri tanpa arahan yang jelas dari Sang Pencipta karena mereka hanyalah makhluk bernafsu (sama seperti binatang).

Komentar