Seni Manusia Butuh Penyegaran Selalu

Selamat Malam, semuanya.

Kebetulan aku lagi tidak puasa hari ini, karena urusan yang mengharuskan aku tidak berpuasa, jadi ya ada sedikit waktu longgar untuk menulis.

Sebentar, aku mau menyapu sarang laba-laba yang ada disini. Sudah terlalu lama blog ini dianggurin.

Oke, sekarang sudah bersih. (Jangan dibayangin bagaimana caranya membersihkan blog -- HAPUS SEMUANYA HAPUS)

Mungkin tulisan ini singkat saja. Sekadar ingin berbagi apa yang terpikirkan di kepalaku hari ini.

Kemarin, aku menemukan bahwa Love Yourself Tear sudah ada versi full albumnya di Youtube. Tentu bukan dari akun official.

(Wait. Jika ada yang tanya, sekarang aku suka K-Pop? Actually I'm still not. Aku cuma agak tertarik dengan BTS "doang" karena lirik-lirik mereka jauh dari cerita 'ngeres' yang biasanya cukup wajib ada di lagu barat, dan lirik mereka lumayan puitis dan dalam. Tapi ya... tidak bisa dibilang aku setuju 100% sama lirik mereka, paling cuma beberapa persennya aja. Itupun cuma bait-bait tertentu, dan itu pun bukan lagu-lagu utama)

Setelah pertama kali aku dengar lagu-lagu baru BTS itu, reaksiku adalah

"It's so different from their old song, terutama di bagian melodinya, dan aku kurang suka. Terlalu jazz, kurang menghentak-hentak."

Mirip reaksiku ketika pertama kali lihat Grace Vanderwaal di American Got Talent dengan lagunya I Don't Know My Name. "Suaranya kok gitu ya, kayak suara orang lagi serak."

Dan... Ketika mendengar I Don't Know My Name dan melihat penampilan Grace lainnya di AGT, I'm just "Okay, this girl is so... apa adanya waktu nyanyi. Nggak lebay. Nggak dibagus-bagusin. Dan It's great. Lagu karangannya sendiri pula, masih 12 tahun. Wow"

Hari ini, aku masih penasaran sama lirik-lirik lagu baru mereka dan kuputar lagi sambil baca liriknya.

"Melodinya nggak terlalu buruk. Fresh."

Setelah itu, aku coba putar lagu lama mereka yang super menghentak-hentak "Not Today". Dan aku merasa bosan dengan Not Today seketika. Yep. Aku jadi lebih prefer sama melodi-melodi di album Tear daripada di album lama apalagi yang super ramai. Kupingku lebih prefer milih melodi yang lebih kalem. (Kalau soal lirik, aku lebih prefer lirik-lirik di lagu-lagu album lama yang bukan main lagu, yang di album terbaru ini kurang srek walaupun nggak 'ngeres' juga, tapi di tulisan ini tidak akan membahas lirik)

Reaksiku berbeda saat pertama kali dengar dengan kedua kali dengar. Beginilah memang Seni yang Dibuat oleh Manusia.

CEPAT MENJADI MEMBOSANKAN.



Setelah aku dengar album terbaru Tear, yang kulakukan adalah tiba-tiba ingat bahwa aku tidak ingin menyimpan lagu-lagu lama terlalu lama lagi di perangkat laptopku (yang nyatanya jarang didengerin juga :p , dulu download untuk biar nggak ngantuk kalau lagi di kantor dan nggak perlu mutar Youtube buat cuma dengerin musik), lalu menghapus lagu-lagu itu (lagu Grace Vanderwaal, TOP, BTS album lama, Connie Talbot >< cuma ini) , dan menyisakan lagunya Ashida Mana.

Rasanya seperti, aku tiba-tiba jadi bosan sangat bosan dengan lagu-lagu lama dan nggak pingin dengar lagi. Suer deh. Bahkan aku jadi bosan juga sama lagu BTS yang cukup baru sebenarnya "Don't Leave Me" dari album Jepang Face Yourself. Ha ha.

BEGITULAH SENI YANG DICIPTAKAN, MUDAH MENGUAP MENJADI RASA BOSAN.

Mungkin setelah ini, kalau aku lagi ngantuk di kantor, dan itu biasanya nggak bisa diusir dengan dengerin reciting quran karena biasanya malah tambah ngantuk, dan saat butuh konsentrasi juga jadi tidak bisa konsentrasi ke kerjaan sambil dengerin ceramah, mungkin aku bakal prefer denger instrumental Ghibli sama BTS Tear doang--dengan tidak menghiraukan liriknya, lebih ke melodinya. Yep.

BEGITULAH SENI MUDAH MENJADI MEMBOSANKAN.

Makanya kalau di dunia seni, entah itu seni suara, seni visual, seni peran, seni grafis, seni tulis, selalu dibutuhkan penyegaran. Fresh idea. Eksekusi segar. Atau kesegaran di sisi-sisi lainnya. Biar yang menerima ini tidak bosan. Karena pada aslinya, seni yang dihasilkan manusia itu mudah tergerus oleh zaman. Seni yang unik dan booming aja bisa tergerus zaman apalagi kalau seni yang dihasilkan itu mainstream atau super mainstream macam sinetron Indonesia yang isinya cuma tentang cemburu, pelakor, dendam, rebutan cowok, rebutan cewek, bla bla bla.

Sama juga dengan cerita.

Karena aku penggemar novel, aku pun bergabung di grup baca yang isinya ibuk-ibuk yang Alhamdulillahnya no rumpi, tapi malah lebih suka bicarain hal-hal yang worth, termasuk di bidang kepenulisan dan bacaan. Dan disana karya-karya yangs sering dibahas sama penghuninya yang isinya ratusan (yang aku sering ketinggalan dan akhirnya malas untuk manjat chat-nya yang sampai ratusan dan bahkan ribuan kalau nggak dibuka-buka itu) adalah buku buku yang memang sudah teruji kebagusannya. Entah karena isinya yang bermutu atau banyak penggemarnya. Termasuk novelnya juga yang penulisnya sudah kelas 'atas'. Yang jelas itu bukan penulis yang gemar membuat karya mainstream sejenis cerita cinta monyet yang tidak memiliki keunikan apapun. Contohnya nih ya kalau di Indonesia penulis kelas 'atas'-nya adalah Andrea Hirata, Tere Liye, Dee dll. Yang punya ide cerita segar, gaya menulis yang tidak biasa atau pendalaman tokoh yang unik.

YANG BIASANYA NGELUARIN KARYA NGGAK PASARAN. NGGAK MAINSTREAM.

Jadinya orang-orang selalu menunggu karya-karya mereka. Begitulah karya seni yang dibuat manusia. Cepat membosankan sehingga mendorong orang-orang untuk lebih menyukai yang 'berbeda'. Dan terus mencari yang 'berbeda'.

Sebenarnya aku tidak expert sih di pembicaraan seperti ini. Ini hanya unek-unekku saja. Jadi maafkan kalau ternyata ada yang salah dan tidak sesuai sama kenyataan yang ada.

Dan finally, yang kupikirkan adalah...

Kalau 'sastra' yang satu-satunya tidak pernah membosankan itu apa ya? AL-QURAN! Ya. Aku kemudian menyadarinya.

Iya kan? Sastra yang bukan buatan manusia!

Pernah tidak kita merasa bosan setelah membaca Surat Al-Fatihah yang kita sudah hafal di luar kepala itu sebanyak 17x dalam sehari? dua hari 34x. Satu minggu 119x. Dan entah sudah berapa juta kali selama ini kita membacanya. Belum lagi kalau dibaca di luar sholat wajib. Sambil berkendara mungkin? Kalau aku biasanya terbiasa baca Ayat Kursi juga saat naik motor (dan bepergian dengannya), dan itu tidak kuhitung. Dan tidak bosan. Ajaib sebenarnya setelah kupikir-pikir sore hari ini.

Diawal aku sempat bilang kalau dengerin Al Quran itu tambah membuat kantuk saat kantuk menyerang, iya itu benar kualami. Tapi bukan berarti Al Quran membosankan. Bukan. Mungkin karena setan jin yang kebangetan kali ya mereka pinginnya bikin ngantuk orang terus -_- .

Al Quran sama sekali tidak pernah membosankan. Bahkan ketika membaca terjemahannya dan itu pernah kita baca sebelumnya, terus terasa berbeda setiap kali dibaca. Meski ada pula yang kisahnya diulang-ulang di dalam Al Quran itu, tapi tetap tidak membosankan. Ajaib memang.

Coba kalau baca buku atau baca novel, setelah baca sekali, yakin mau baca untuk kedua kalinya? Saat kalian membaca paragraf-paragraf awal tadi kalian akan langsung dapat menebak bahwa aku orangnya cepat bosan, jadi mana mungkin aku mau membaca novel lebih dari sekali dengan seksama ><

(Tulisan ini akan terasa menggantung karena memang sedang kurang niat nulis ha ha)

Komentar